Minggu, 20 Oktober 2019

Hipertensi dan Hipotensi

Pengertian Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Hipertensi-Alodokter
Cara Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali memompa darah.
Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari tekanan darah diastolik, dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung di Amerika Serikat, AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.
  • Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan < 80 mmHg untuk tekanan diastolik.
  • Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
  • Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi

Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa kondisi yang dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
  • Kehamilan
  • Kecanduan alkohol
  • Penyalahgunaan NAPZA
  • Gangguan ginjal
  • Gangguan pernapasan saat tidur.
Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
  • Lanjut usia
  • Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Jarang berolahraga.

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
  • Konsumsi makanan yang sehat.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Rutin berolahraga.
  • Berhenti merokok.
Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin, terutama bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.

Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain di dalam tubuh. Jika dibiarkan hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:
  • Aterosklerosis
  • Kehilangan penglihatan
  • Terbentuk aneurisma
  • Gagal ginjal

Hipotensi

Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg. Hipotensi umumnya tidak berbahaya dan dapat dialami oleh siapa saja. Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat menyebabkan pusing dan lemas.
Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. Ketika tekanan darah berada di bawah rentang tersebut, maka seseorang dapat dikatakan menderita hipotensi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, hipotensi dapat menjadi gejala dari suatu penyakit yang sedang diderita.
hipotensi - Alodokter

Penyebab Hipotensi

Tekanan darah dapat berubah sepanjang waktu, tergantung kondisi dan aktivitas yang dilakukan tiap orang. Kondisi ini merupakan hal yang normal, karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pertambahan usia dan keturunan. Tidak hanya pada orang dewasa, tekanan darah rendah juga bisa terjadi pada anak-anak.
Selain itu, hipotensi juga bisa disebabkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, seperti:
  • KehamilanTekanan darah selama masa kehamilan akan menurun seiring berkembangnya sirkulasi darah dalam tubuh ibu hamil.
  • Konsumsi obat-obatan tertentuBeberapa jenis obat dapat menimbulkan efek menurunnya tekanan darah, di antaranya adalah furosemide, atenolol, propranolol, levodopa, dan sildenafil.
  • Ketidakseimbangan hormon
    Beberapa penyakit, seperti diabetes dan penyakit tiroid, menyebabkan penurunan kadar hormon dalam darah, dan berdampak pada menurunnya tekanan darah.
  • DehidrasiKetika kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi, volume darah juga dapat berkurang. Kondisi ini dapat memicu penurunan tekanan darah.
  • InfeksiKetika infeksi yang terjadi dalam suatu jaringan mulai memasuki aliran darah (sepsis), tekanan darah dapat
  • Penyakit jantungTerganggunya fungsi jantung menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh, sehingga tekanan darah akan menurun.
  • Kekurangan nutrisiKekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan anemia dan berakhir pada penurunan tekanan darah.
  • PerdarahanKehilangan darah dalam jumlah besar akibat cedera dapat menurunkan volume dan aliran darah ke berbagai jaringan tubuh, sehingga tekanan darah menurun drastis.
  • Reaksi alergi parah
    Beberapa pemicu alergi (alergen) dapat menimbulkan reaksi alergi parah (anafilaksis) yang berdampak pada menurunnya tekanan darah.
Selain karena beberapa faktor penyebab di atas, hipotensi dapat terjadi ketika mengubah posisi dari duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Jenis hipotensi ini dikenal dengan hipotensi ortostatik atau hipotensi postural.
Hipotensi juga dapat terjadi saat seseorang berdiri terlalu lama hingga darah menumpuk di bagian tungkai. Kondisi ini disebut juga neural mediated hypotension (NMH). Sebagian besar penderita hipotensi jenis ini adalah anak-anak.

Gejala Hipotensi

Meskipun tidak selalu menimbulkan gejala, kondisi hipotensi atau darah rendah  berisiko menimbulkan gejala sebagai berikut:
  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Lemas
  • Pandangan buram
  • Konsentrasi berkurang
  • Tubuh terasa tidak stabil
  • Pingsan
  • Sesak napas

Kapan Harus ke Dokter

Periksakanlah diri ke dokter jika Anda mengalami gejala hipotensi. Bila setelah diperiksa tekanan darah Anda di bawah normal, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari tahu penyebab hipotensi tersebut.
Segera hubungi dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat jika mengalami gejala syok, seperti jantung berdebar, keringat dingin, hingga sesak napas. Tekanan darah yang sangat rendah hingga menimbulkan syok perlu segera ditangani karena dapat membahayakan nyawa.

Diagnosis Hipotensi

Hipotensi atau darah rendah dapat diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah. Dokter akan menggunakan alat pengukur tekanan darah atau sfigmomanometer untuk mengukur tekanan darah.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka yang cukup rendah disertai adanya gejala tertentu, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi kemungkinan kondisi atau penyakit tertentu yang menyebabkan hipotensi. Pemeriksaan yang akan dilakukan dokter meliputi:
  • Tes darahPemeriksaan ini dilakukan dokter untuk memeriksa kadar gula dan kadar hormon di dalam darah pasien.
  • Elektrokardiografi (EKG)Elektrokardiografi bertujuan untuk mendeteksi struktur jantung yang tidak normal dan detak jantung yang tidak beraturan.
  • EkokardiogramTes ini dilakukan untuk memeriksa fungsi jantung dan mendeteksi kelainan yang terjadi pada jantung.
  • Uji latih jantung (stress test)Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi jantung saat melakukan aktivitas, dengan cara membuat jantung bekerja lebih keras, misalnya dengan meminta pasien berjalan atau berlari di atas treadmill atau memberikan obat tertentu yang meningkatkan kerja jantung.
  • Manuver valsalvaTes ini dilakukan dengan meminta pasien mengambil napas panjang, kemudian menutup hidung dan membuang napas melalui mulut. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kondisi saraf dalam sistem pernapasan.
  • Tilt table testTes ini dilakukan terhadap pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan darah saat berbaring dan berdiri. Dalam pemeriksaan ini, pasien akan dibaringkan di atas meja yang bisa digerakkan ke posisi tegak dan melintang dengan kecepatan tertentu.

Pengobatan Hipotensi

Jika Anda mengalami hipotensi yang disertai gejala, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah duduk atau berbaring. Posisikan kaki lebih tinggi dari jantung dan pertahankan posisi tersebut selama beberapa saat. Jika gejala tidak juga mereda, maka perlu dilakukan penanganan oleh dokter.
Pengobatan hipotensi ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan tekanan darah, meredakan gejala yang muncul, dan mengobati kondisi yang menyebabkan hipotensi.
Penanganan hipotensi yang utama adalah perubahan pola makan dan gaya hidup, seperti:
  • Memperbanyak konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, karena garam dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Memperbanyak konsumsi cairan, karena cairan dapat meningkatkan volume darah dan membantu mencegah dehidrasi.
  • Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan tekanan darah.
  • Menggunakan stoking khusus pada tungkai (stoking kompresi) untuk memperlancar aliran darah.
Jika hipotensi disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu, dokter akan mengurangi dosisnya, atau mengganti jenis obat bila perlu.
Hipotensi yang disertai gejala syok merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan darurat. Dokter akan memberikan cairan infus, obat, hingga transfusi darah untuk meningkatkan tekanan darah, sehingga mencegah kerusakan fungsi organ.
Setelah menstabilkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan pasien, dokter akan memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebabnya. Misalnya, memberikan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi yang sudah masuk ke dalam darah.

Pencegahan Hipotensi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi gejala hipotensi, yaitu:
  • Menghindari konsumsi minuman berkafein pada malam hari dan membatasi konsumsi alkohol.
  • Makan dalam porsi kecil namun sering, dan tidak langsung berdiri setelah makan.
  • Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur (sekitar 15 cm).
  • Berdiri secara perlahan dari posisi duduk atau berbaring.
  • Menghindari terlalu lama berdiri atau duduk, dan menghindari duduk bersila.
  • Tidak membungkuk atau mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba.
  • Menghindari mengangkat beban berat.

Komplikasi Hipotensi

Pusing dan lemas yang disebabkan hipotensi berisiko menimbulkan cedera pada penderita akibat terjatuh. Sedangkan hipotensi berat hingga menimbulkan syok, dapat membuat tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini berdampak pada terganggungnya fungsi berbagai organ, seperti otak dan jantung.
               https://www.alodokter.com/hipotensi

Kamis, 17 Oktober 2019

Anemia

Anemia


Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
anemia - alodokter
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.

Penyebab Anemia

Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal.
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
  • Produksi sel darah merah yang kurang.
  • Kehilangan darah secara berlebihan.
  • Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.
2. Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal. Meskipun demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang tua yang sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.

Gejala Anemia

Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa mengalami gejala berupa:
  • Lemas dan cepat lelah
  • Sakit kepala dan pusing
  • Kulit terlihat pucat atau kekuningan
  • Detak jantung tidak teratur
  • Napas pendek
  • Nyeri dada
  • Dingin di tangan dan kaki
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia.

Kapan harus ke dokter

Periksakan diri Anda ke dokter apabila merasa cepat lelah atau mengalami gejala anemia yang makin lama makin memburuk.
Bila Anda menderita anemia yang memerlukan pengobatan jangka panjang atau bahkan rutin menerima transfusi darah, maka Anda perlu melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit.
Konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami kondisi yang dapat menimbulkan anemia, seperti penyakit ginjal, gangguan menstruasi, kanker usus, atau wasir.
Bagi ibu hamil, menurunnya Hb merupakan hal yang normal. Untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, periksakan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Dokter kandungan akan memberikan suplemen untuk mencegah anemia saat kehamilan.
Bila Anda menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia, misalnya thalasemia, atau memiliki keluarga yang menderita penyakit tersebut, disarankan untuk konsultasi dengan dokter sebelum berencana memiliki keturunan.

Diagnosis Anemia

Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan melakukan hitung darah lengkap. Dengan memeriksa sampel darah pasien, dokter dapat mengetahui kadar hemoglobin yang terdapat dalam darah.
Kadar hemoglobin normal tergantung pada usia, kondisi, dan jenis kelamin. Seseorang bisa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin berada di bawah angka berikut:
  • Anak-anak: 11-13 gram per desiliter.
  • Ibu hamil: 11 gram per desiliter.
  • Laki-laki: 14-18 gram per desiliter.
  • Perempuan: 12-16 gram per desiliter.
Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, vitamin B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.
Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk mencari penyebab anemia, seperti:
  • Endoskopi, guna melihat apakah lambung atau usus mengalami perdarahan.
  • USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang menimbulkan anemia.
  • Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk, serta tingkat kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
  • Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia.

Pengobatan Anemia

Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita pasien. Perlu diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya adalah:
  • Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
  • Anemia pada masa kehamilan
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12 dan asam folat, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
  • Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.
  • Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.
  • Anemia hemolitik
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia hemolitik, mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, atau pengangkatan limpa.
  • Anemia akibat penyakit kronis
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
  • Anemia sel sabit
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.
  • Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi darah, pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum tulang.

Komplikasi Anemia

Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti:

Pencegahan Anemia

Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:
  • Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
  • Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
  • Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.
Untuk mengetahui apakah asupan nutrisi Anda sudah cukup, berkonsultasilah dengan dokter spesialis gizi. Bila Anda memiliki keluarga penderita anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit atau thalasemia, konsultasikan dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan, agar kondisi ini tidak terjadi pada anak.

Varises

Pengertian Varises


Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah vena yang disebabkan oleh adanya penumpukan darah di dalam pembuluh tersebut. Varises ditandai dengan pembuluh vena yang berwarna ungu atau biru gelap, dan tampak bengkak atau menonjol.
Varises dapat terjadi di seluruh pembuluh vena dalam tubuh. Namun, kondisi ini paling sering terjadi di area tungkai, terutama betis, karena tekanan besar saat kita berdiri atau berjalan. Varises juga dapat muncul di bagian panggul, anus (wasir), vagina, rahim, atau kerongkongan (varises esofagus).
varises-alodokter
Sebagian besar kasus varises di tungkai dialami oleh wanita dibandingkan pria. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena varises, yaitu pertambahan usia, berat badan berlebih (obesitas), faktor keturunan, dan lingkungan kerja yang menyebabkan seseorang harus berdiri dalam jangka waktu lama.

Penyebab Varises

Pembuluh vena berfungsi untuk mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Di dalam pembuluh vena terdapat katup yang berfungsi sebagai pintu satu arah, sehingga darah yang telah melewatinya tidak dapat kembali lagi. Lemah atau rusaknya katup vena menyebabkan darah berbalik arah dan terjadi penumpukan darah di dalam pembuluh vena. Penumpukan inilah yang kemudian menyebabkan pembuluh vena melebar.

Diagnosis Varises

Diagnosis varises diawali dengan pemeriksaan riwayat kesehatan, yang meliputi gejala, riwayat penyakit, kebiasaan, lingkungan kerja, dan faktor risiko yang memicu penderita terkena varises. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati bagian tubuh yang mengalami varises. Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan, kecuali dokter mencurigai adanya masalah lain, seperti pada vena dalam (deep vein thrombosis). Beberapa jenis tes penunjang yang mungkin dilakukan adalah USG Doppler dan angiografi.

Pengobatan Varises

Pengobatan varises umumnya disesuaikan dengan kondisi pasien secara keseluruhan, ukuran dan posisi varises, serta tingkat keparahan varises. Tujuan pengobatan adalah meredakan gejala, mencegah varises bertambah parah, dan menghindari terjadinya komplikasi berupa luka atau perdarahan. Metode pengobatan yang umumnya digunakan adalah terapi obat dan memakai stoking khusus yang dinamakan stoking kompresi.
Jika rasa tidak nyaman atau nyeri akibat varises semakin terasa, maka dokter akan merekomendasikan prosedur bedah baik bedah kecil maupun besar, misalnya dengan terapi laser atau mengikat pembuluh vena jika gejala semakin memburuk atau varises telah menyebabkan komplikasi.

Stroke

Pengertian Stroke


Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.
Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.
stroke-alodokter
Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk, menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan.
Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke iskemik.
Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.

Gejala dan Penyebab Stroke

Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang paling sering dijumpai adalah:
  • Tungkai mati rasa
  • Bicara menjadi kacau
  • Wajah terlihat menurun
Penyebab stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah pada pembuluh darah di otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh obat-obatan pengencer darah.
Stroke sangat berisiko dialami penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada orang yang kurang olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok.

Pengobatan dan Pencegahan Stroke

Pengobatan stroke tergantung kepada kondisi yang dialami pasien. Dokter dapat memberikan obat-obatan atau melakukan operasi. Sedangkan untuk memulihkan kondisi, pasien akan dianjurkan menjalani fisioterapi, dan diikuti terapi psikologis apabila diperlukan.
Untuk mencegah stroke, dokter menyarankan untuk:
  • Menerapkan pola makan yang sehat.
  • Berolahraga secara rutin.
  • Hindari merokok dan mengonsumsi minuman keras.

Komplikasi Stroke

Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain yang dapat membahayakan nyawa, antara lain:
  • Deep vein thrombosis atau penggumpalan darah di tungkai.
  • Hidrosefalus akibat menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak.
  • Disfagia atau gangguan refleks otot saat menelan.

Jantung Koroner

Pengertian Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang.
Businessman Heart Attack in Isolated
Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya oksigen ke jantung. Terdapat dua jenis arteri koroner, yang sama-sama bercabang dari aorta atau pembuluh darah besar, yaitu:
  1. Arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) – Arteri ini berfungsi mengalirkan darah ke serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian depan dan kiri jantung.
- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan sisi luar jantung.
  1. Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri ini mengalirkan darah ke serambi kanan dan bilik kanan. Selain itu, RCA juga mengalirkan darah ke nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang mengatur ritme jantung. RCA terbagi menjadi right posterior descending dan acute marginal artery. Bersama LAD, RCA juga mengalirkan darah ke bagian tengah jantung, dan septum (dinding pemisah antara bilik kanan dan bilik kiri jantung).
Berdasarkan data WHO, penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015 saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena PJK. Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2 juta orang terkena PJK di tahun 2013. Dari jumlah tersebut, PJK lebih sering terjadi pada rentang usia 45-54 tahun.

Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah (Jantung dan Pembuluh Darah)

Mengulas Anatomi Jantung, Mulai dari Bagian Hingga Fungsinya

Mengulas Anatomi Jantung, Mulai dari Bagian Hingga Fungsinya
Jantung adalah bagian vital dalam tubuh Anda yang bertugas untuk menerima dan memompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini punya ukuran yang sedikit lebih besar dari kepalan tangan Anda, yakni sekitar 200-425 gram. Letak jantung berada di antara paru-paru, di tengah dada, tepatnya di bagian belakang kiri tulang dada. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar anatomi jantung sekaligus penjelasan mengenai bagian dan fungsinya.

Bagian-bagian jantung serta fungsinya

gambar anatomi jantung
Gambar anatomi jantung
Penasaran bagaimana organ yang tak lebih dari kepalan tangan mampu memopa darah ke seluruh tubuh? Berikut uraian singkat tentang anatomi jantung beserta fungsinya.

Perikardium

Jantung berada dalam rongga berisi cairan yang disebut rongga perikardial. Dinding dan lapisan rongga perikardial inilah yang disebut dengan perikardium.
Perikardium ialah sejenis membran serosa yang menghasilkan cairan serous untuk melumasi jantung selama berdenyut dan mencegah gesekan yang menyakitkan antara jantung dan organ sekitarnya.
Bagian ini juga berfungsi untuk menyangga dan menahan jantung untuk tetap berada dalam posisinya. Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epikardium (lapisan terluar), miokardium (lapisan tengah), dan endokardium (lapisan dalam).

Serambi

Serambi atau disebut juga atrium merupakan bagian jantung atas yang terdiri dari serambi kanan dan kiri. Serambi kanan berfungsi untuk menerima darah kotor dari tubuh yang dibawa oleh pembuluh darah.
Sedangkan serambi kiri berfungsi untuk menerima darah bersih dari paru-paru. Serambi memiliki dinding yang lebih tipis dan tidak berotot karena tugasnya hanya sebagai ruangan penerima darah.

Bilik

Sama seperti serambi, bilik atau disebut juga ventrikel merupakan bagian jantung bawah yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Bilik kanan berfungsi untuk memompa darah kotor dari jantung ke paru-paru.
Sementara itu, bilik kiri berfungsi untuk memompa darah bersih dari jantung ke seluruh tubuh. Dinding bilik jauh lebih tebal dan berotot dibandingkan dengan serambi karena bekerja lebih keras untuk memompa darah baik dari jantung ke paru-paru maupun ke seluruh tubuh.

Katup

Jantung memiliki empat katup yang menjaga aliran darah mengalir ke satu arah, yaitu:
  • Katup trikuspid, mengatur aliran darah antara serambi kanan dan bilik kanan.
  • Katup pulmonal, mengatur aliran darah dari bilik kanan ke arteri pulmonalis yang membawa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
  • Katup mitral, mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru mengalir dari serambi kiri ke bilik kiri.
  • Katup aorta, membuka jalan bagi darah yang kaya akan oksigen untuk dilewati dari bilik kiri ke aorta (arteri terbesar di tubuh).

Pembuluh darah

Ada tiga pembuluh darah utama yang terdapat di jantung, yaitu:
  • Arteri, membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke bagian tubuh lainnya. Arteri memiliki dinding yang cukup elastis sehingga mampu menjaga tekanan darah tetap konsisten.
  • Vena, pembuluh darah yang satu ini membawa darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh untuk kembali ke jantung. Dibandingkan dengan arteri, vena memiliki dinding pembuluh yang lebih tipis.
  • Kapiler, pembuluh darah ini bertugas untuk menghubungkan arteri terkecil dengan vena terkecil. Dindingnya sangat tipis sehingga memungkinkan pembuluh darah untuk bertukar senyawa dengan jaringan sekitarnya, seperti karbon dioksida, air, oksigen, limbah, dan nutrisi.

Siklus jantung

Siklus jantung adalah urutan kejadian yang terjadi saat jantung berdetak. Berikut dua fase siklus jantung, yaitu:
  • Sistol, jaringan otot jantung berkontraksi untuk memompa darah keluar dari ventrikel.
  • Diastol, otot jantung rileks terjadi pada saat pengisian darah di jantung
Tekanan darah meningkat di arteri utama selama sistol ventrikel dan menurun selama diastol ventrikel. Hal ini menyebabkan 2 angka yang terkait dengan tekanan darah. Tekanan darah sistolik adalah angka yang lebih tinggi dan tekanan darah diastolik adalah angka yang lebih rendah. Misalnya, tekanan darah 120/80 mmHg menggambarkan tekanan sistolik (120) dan tekanan diastolik (80).

Berbagai penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada jantung

Penyakit jantung adalah istilah yang mencakup setiap gangguan pada jantung. Berikut berbagai gangguan pada jantung, di antaranya:
  • Aritmia, detak jantung yang tidak beraturan.
  • Arteri koroner, terjadi akibat adanya penumpukan plak yang menyumbat aliran darah di arteri koroner.
  • Gagal jantung, terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh secara efektif.
  • Kardiomiopati dilatasi, terjadi saat bilik jantung melebar akibat adanya pelemahan otot jantung sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik.
  • Kardiomiopati hipertrofik, merupakan kelainan genetik yang terjadi saat bilik kiri menebal sehingga menyulitkan darah untuk dipompa keluar dari jantung.
  • Stenosis pulmonal, terjadi saat katup pulmonal sulit membuka sehingga menyulitkan jantung untuk memompa darah dari bilik kanan ke arteri pulmonalis.

Pembuluh Darah : Pengertian, Fungsi, Struktur, Jenis

A. PENGERTIAN PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah adalah salah satu bagian dari sistem sirkulasi pada tubuh untuk membawa darah dari jantung yang terikat dengan oksigen ke organ tubuh, serta mengembalikan kembali darah yang telah dipakai dan terikat dengan karbon dioksida ke jantung untuk diambil lagi oksigen di paru-paru.
 Artikel Penunjang : Sistem Peredaran Darah Manusia
Bagi orang awam, pembuluh darah sering disebut dengan sebutan “urat”. Ada beberapa jenis pembuluh darah di tubuh manusia, seperti arteri, arteriol (arteri kecil), kapiler (pembuluh draha kecil di jaringan dan sel), venula (vena kecil), dan vena. Kesemua jenis pembuluh darah ini merupakan satu kesatuan dalam menjalankan fungsi sistem sirkulasi. Ibarat selang air yang mendistribusikan air keluar, maka pembuluh draah juga seperti itu, tetapi yang didistribusikan adalah darah.
Pengertian Pembuluh Darah, Fungsi Pembuluh Darah, Struktur Pembuluh Darah, Jenis Pembuluh Darah
PENGERTIAN, STRUKTUR, FUNGSI, DAN JENIS PEMBULUH DARAH
B. JENIS – JENIS PEMBULUH DARAH
Seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat beberap amacam jenis pembuluh darah di dalam tubuh manusia. Pembuluh darah dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu :

1. Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung. Fungsi dari arteri adalah mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke kapiler sehingga dapat memperdarahi organ-organ tubuh. Darah meninggalkan jantung dari aorta menuju ke arteri. Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat. Selain itu, dindingnya juga bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat dari jantung, sehingga pembuluh darah arteri tidak mudah robek.

Letak pembuluh arteri agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh darah vena. Hanya di beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di leher, pergelangan tangan, dan pelipis.

Pembuluh arteri ikut berdenyut mengikuti denyutan jantung. Aliran darah yang berada di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung. Terdapat perbedaan mendasar antara pembuluh arteri dan vena, yaitu jika pembuluh darah vena memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah arteri hanya memiliki satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau biasa disbeut dengan valvula semilunar.
Pembuluh darah arteri dibedakan lagi menjadi 3 bagian yang memiliki perbedaan pada letak dan ukurannya. Akan tetapi, fungsinya tetap sama. Ke-3 arteri tersebut adalah :
a) Arteri Elastik
Arteri elastik merupakan pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di tubuh. Contoh arteri-arteri elastik seperti aorta (arteri yang berada di dekat jantung dan menyambut darah langsug dari jantung) dan trunkus pulmonalis (pembuluh arteri yang mengalirkan darah dari bilik kanan jantung), serta cabang-cabang utamanya seperti aorta abdominalis, dan lain-lain

Arteri jenis ini memiliki dinding yang tersusun dari jaringan ikat elastik yang banyak, sehingga ketika arteri ini mampu menahan tekanan yang tinggi dari darah saat dipompa oleh jantung. Sifat elastik yang dimiliki juga sangat membantu dalam melebarkan dan mengerutkan diameter pembuluh di saat-saat tertentu.

b) Arteri Muskular
Sesuai dengan namanya, arteri jenis ini terletak di dekat otot-otot tubuh ataupun dekat dengan organ-organ tubuh. Contohnya adalah arteri radialis, arteri komunis, arteri brachialis, dan lain-lain. Penyusun arteri ini adalah jaringan otot polos.

c) Arteriol
Arteri ini merupakan pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan kapiler-kapiler dalam tubuh. Arteri jenis ini memiliki satu sampai dengan lima lapis jaringan otot polos.

2. Vena
Pembuluh vena merupakan pembuluh darah yang bertugas membawa darah yang berasal dari kapiler menuju ke jantung. Pembuluh vena memiliki dinding yang tipis bila dibandingkan dengan arteri, namun tetap memiliki sifat elastis.

Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut dengan vena kafa. Vena kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang berbeda, yaitu :
a) Vena Kafa Superior, yaitu vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian tubuh atas
b) Vena Kafa Inferior, yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh bawah.

Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena tidak memiliki aliran darah secepat arteri, karena vena tidak membawa darah yang berasal langsung dari jantung. Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka pembuluh vena memiliki banyak katup yang berfungsi mencegah agara aliran darah tidak kembali lagi ke kapiler.
Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :

a) Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk emmbawa darah segar yang telah terikat dengan oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena pulmonalis, yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan ke jantung, serta vena pulmonalis sinistra yang membawa darah dari paru-paru kiri ke jantung.

b) Vena Cutanea
Cutanea berarti kulit. Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit, yang biasanya ditusuk saat seseorang diambil darah untuk melakukan cek gula darah, kolesterol dan lain-lain.

c) Deep Vein
Vena ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak tampak dengan mata telanjang jika dilihat dari luar.

d) Venula
Sama halnya seperti arteriol, venula merupakan vena dengan ukuran terkecil dan bertanggung jawab terhadap distribusi darah ke kapiler.
Arteri, Vena, Kapiler, Arteriol, Venule
JENIS-JENIS PEMBULUH DARAH
3. Kapiler
Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang bertugas untuk mendistribusikan dan memberi makanan berupa darah yang kaya oksigen ke organ-organ tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler memberi darah yang kaya oksigen tersebut, maka kapiler juga akan mengambil dan menyerap sampah-sampah sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat dialirkan melalui vena kembali ke jantung.
Terdapat beberapa jenis kapiler di dalam tubuh manusia, yaitu :
a) Vas Capillare Continuum
Jenis kapiler ini adalah kapiler terbanyak yang ada dalam tubuh. Dinding kapiler ini tersusun atas banyak jaringan endotel

b) Vas Capillare Fenestratum
Perbedaan dengan vas capillare continuum terletak pada adanya pori-pori (fenestra) dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di kelenjar endokrin, usus halus, dan glomerulus ginjal.

c) Vas Capillare Sinusoideum
Biasanya kapiler ini terletak di hati, limpa, dan sumsum tulang. Membrane basalis kapiler ini tidak terbentuk secara sempurna, dan mempunyai diameter yang lebar serta terdapat celah di antara sel endotelnya.

C. FUNGSI PEMBULUH DARAH
Secara umum, pembuluh darah ialah ibarat sebuah pipa panjang yang menyalurkan air ke tempat yang akan dituju. Begitu juga dengan pembuluh darah yang bertugas untuk mengalirkan darah k eorgan-organ di seluruh tubuh. Fungsi pembuluh darah juga dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis dari pembuluh arteri dan vena, yaitu :
  • Arteri berfungsi untuk mengangkut atau mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, serta mengangkut oksigen ke organ-organ tubuh
  • Arteriola berfungsi untuk mengangkut darah dari arteri ke kapiler, dan juga sebagai regulator (pengaturan) utama aliran darah dan tekanan darah.
  • Kapiler berfungsi untuk memasok darah dari arteriola ke organ-organ tubuh, dan membuang sampah hasil metabolism organ tubuh
  • Venula berfungsi sebagai mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh kembali ke jantung
  • Vena berfungsi untuk mengangkut darah ke jantung dari venula serta mengangkut darah yang kaya akan karbon dioksida.
D. Perbedaan Arteri dan Vena
  • Letak arteri lebih dalam (tidak tampak dari luar tubuh) daripada pembuluh vena
  • Dinding pembuluh arteri lebih tebal dan elastis daripada pembuluh vena
  • Aliran darah pada arteri bergerak meinggalkan jantung, sedangkan vena mendekati jantung
  • Denyut arteri dapat kita raba dan terasa pada bagian-bagian tertentu Karena memiliki tekanan yang kuat, daripada pembuluh vena
  • Hanya terdapat satu katup di pembuluh arteri, sedangkan di vena banyak
  • Jika terjadi luka dan pembuluh darah robek, maka darah di arteri akan memancar dengan kuat, tidak begitu dengan vena
  • Darah yang dibawa oleh arteri berisi darah bersih dengan kandungan oksigen, sedangkan vena berisi darah kotor yang mengandung karbon dioksida
E. Struktur Pembuluh Darah
1. Tunika Intima
Tunika intima adalah lapisan paling dalam dari pembuluh darah yang terdiri dari selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Terdapat lapisan subendotel yang berada dibawah lapisan endotel. Lapisan ini berperan dalam kontraksi pembuluh darah.

2. Tunika Media
Lapisan ini berada di atas tunika intima dan merupakan lapisan tengah dari pembuluh darah. Tunika media tersusun atas serat otot polos yang melingkar. Tunika media dipisahkan oleh membrane lamina elastik interna yang mengandung serat elastik dan berpori, sehingga zat-zat dapat masuk melalui pori tersebut. Sedangkan yang membatasi tunika media dengan tunika adventitia adalah lamina elastik eksterna.

3. Tunika Adventitia
Merupakan lapisan terluar daripada pembuluh darah dan mengandung banyak jaringan ikat kolagen terutama kolagen tipe 1 dan jaringan elastik.

4. Anastomosis Arteriovenosa
Merupakan penyambungan langsung antara arteri dengan vena. Anastomosis arteriovenosa tersebar di seluruh tubuh dan biasanya terdapat di pembuluh-pembuluh kecil, seperti di kuku, jari, dan telinga. Anastomosis ini dipersarafi oleh sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Anastomosis arteriovenosa juga perperan dalam sistem pengaturan suhu (termoregulator).

5. Vasa Vasorum
Vasa Vasorum merupakan pembuluh darah kecil yang memberikan suplai metabolit untuk sel-sel di tunika media dan tunika adventitia pembuluh darah besar, baik arteri maupun vena.
Endotel, Tunika media, Tunika Adventitia
STRUKTUR DINDING PEMBULUH DARAH
F. Kelainan Pembuluh Darah
1. Karatoid Arteri
Penyakit ini dalam bahasa medisnya disebut juga dengan stenosis arteri. Penyakit ini terjadi karena adanya penyempitan dua arteri utama yang membawa darah ke otak. Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit ini, seperti tingginya kadar kolesterol sehingga timbul plak-plak kolesterol di dinding pembuluh darah, usia tua sehingga pembuluh darah menjadi tidak elastis, serta gaya hidup tidak sehat yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga.

2. Aterosklerosis
Penyakit ini disebabkan oleh adanya penumpukan plak kolesterol dan lemak secara terus menerus di dinding pembuluh darah. Dengan adanya plak ini, maka pembuluh darah akan mengeras dan tersumbat, yang akan mengakibatkan terganggunya suplai darah sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Aterosklerosis, Stroke Iskemik
CONTOH KELAINAN PEMBULUH DARAH
3. Buerger Disease
Penyakit ini timbul karena adanya peradangan yang terjadi di dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan pengerasan dinding pembuluh arteri kecil menengah di tangan atau kaki, sehingga pembuluh arteri itu tersumbat. Gejala penyakit ini berupa kaki dan tangan terasa sakit, muncul luka yang sulit sembuh.

4. Deep Vein Trombhosis
Yaitu Penyakit yang timbul karena adanya pembekuan darah di pembuluh vena besar di wilayah pinggul ataupun kaki. Penyakit ini juga dapat berkembang menjadi pulmonary emblisme yang dapat menyerang paru-paru. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian

5. Lympedhema
Lympedhema terjadi karena factor adanya penumpkan cairan limpa dalam jumlah yang terlalu banyak di daerah lengan dan juga kaki

6. Diseksi Aorta
Sesuai dengan namanya, penyakit ini menimpa pembuluh aorta dimana terjadinya pengelupasan lapisan dinding aorta dari lapisan-lapisan berikutnya. Penyakit ini merupakan penyakit serius yang harus segera ditangani.

Hipertensi dan Hipotensi

Pengertian Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau le...